Target Konversi Motor Listrik Diprediksi Gagal, Ini 3 Penyebabnya

Pemerintah menargetkan bagi melakukan konversi motor listrik seberjibun 1.000 unit. Namun demikian, Staf Khusus Menteri ESDM Sripeni Inten Cahyani memprediksi bahwa target konversi motor listrik tersebut tidak buat terpenuhi.
Dari target 1.000 unit, Sripeni mengatakan, konversi 800 motor listrik dikerjakan dengan Pertamina maka PLN. Sementara 200 sisanya dikerjakan dengan Kementerian ESDM.
Sripeni memproyeksi jika konversi motor listrik sahaja mencapai 500 unit ala akhir September 2022. Selain itu, total sepeda motor bahwa telah teridentifikasi bersama dapat dikonversi saat ini sama bersama 150 unit. Artinya, total sepeda motor bahwa dikonversi menjadi KBLBB santak akhir tahun setidaknya mencapai 650 unit.
Dia mengatakan, Kementerian ESDM fokus dalam mengubah sepeda motor konvensional eksisting merupakan KBLBB dibandingkan pembelian KBLBB modern. Pasalnya, tujuan utama konversi sepeda motor merupakan KBLBB adalah meringankan beban anggaran negara dari subsidi bahan bakar minyak atau BBM. "Kami mengterpilihkan akan konversi karena langsung mengecilkan konsumsi BBM. Kalau beli motor listrik modern, masyarakat mungkin masih punya motor BBM di rumahnya," kata Sripeni.
Tiga penyebab target konversi motor listrik bubar
Menurut Sripeni, ada tiga penghambat target konversi motor listrik kalah, yaitu:
Menurutnya, hambatan tergendut ada dalam harga konversi yang dinilai terlampau luhur akibat masyarakat. "Sekarang, mengumpulkan sepeda motor BBM persoalannya hanya satu, harga konversi. Masyarakat maunya biaya konversi itu Rp 7 juta per unit," kata Sripeni dempet Indonesia Electric Motor Show 2022, Rabu (28/9).
Sebagai informasi, biaya konversi sepeda motor BBM menjadi KBLBB saat ini adalah Rp 15 juta per unit. Sripeni berpendapat beberapa faktor yang mebaikkan biaya konversi tersebut agung adalah harga baterai dan uji tipe kendaraan. Sripeni menekankan biaya uji tipe beserta pihak Kepolisian akan semakin agung jika tidak lulus dalam tahap pertama. Pasalnya, motor yang diuji akan dibawa bolak-balik atas area lokasi pengujian dan bengkel. Artinya, biaya transportasi motor konversi akan membengkak jika tidak ada kurasi sebelum konversi dilakukan. Dia mengatakan, Kementerian ESDM sedang menggodok bantuan subsidi biaya konversi sepeda motor menjadi KBLBB. Menurutnya, Kementerian ESDM sedang berdiskusi beserta Kementerian Keuangan terkait upaya tersebut.
Selain biaya konversi, Sripeni mengatakan minimnya ketersediaan cip semikonduktor di dalam negeri melontarkan tidak sistem konversi terhambat. Seperti diketahui, cip semikonduktor bagi digunakan menjumpai mengatur jumlah komponen dalam KBLBB, melenceng satunya jadi kontroler.
Sripeni mengatakan, kementerian dan lembaga pemerintah saat ini belu mengalokasikan anggara untuk konversi motor dinas eksisting.
Emisi motor listrik
Sebelumnya, Direktur Jenderal Energi Baru, Terkontemporerkan dan Konservasi Energi (EBTKE), Dadan Kusdiana menyatakan satu unit motor listrik diklaim mengeluarkan emisi 0,64 kg per hari. Angka ini habis lebih rendah daripada pengeluaran gas emisi yang dikeluarkan dampak sepeda motor konvensional sepenuh 2,4 kg per liter.
"Emisi akan dikeluarkan motor listrik itu ketimbang produksi listriknya, bukan ketimbang motornya. Kalau motornya gak ada emisi," kata Dadan.
Selain itu, Kementerian ESDM mensimulasikan konversi seluruh sepeda motor eksisting saat ini dapat meluak konsumsi minyak mentah maka 700.000 barel. Perhitungan tersebut mengandaikan satu unit sepeda motor menggunakan BBM seluber 0,34 liter per hari dan jumlah sepeda motor di paling dalam negeri mencapai 120 juta unit.
Menteri ESDM Arifin Tasrif menilai satu unit motor diperkirakan mengkonsumsi sekitar 300 liter BBM per tahun. Jika BBM nan digunakan Pertalite memakai harga Rp 10.000 per liter, maka biaya nan dikeluarkan kalau membayar BBM mencapai Rp 3 juta per tahun. “Tetapi jika menggunakan motor listrik dia cukup mengeluarkan uang seadi Rp 585.000,” ujarnya. Tentunya pengakalan bagi semakin adi jika BBM nan digunakan berjenis Pertamax nan harganya Rp 14.500-15.200 per liter atau bahkan Pertamax Turbo nan mencapai Rp 15.900-16.600 per liter.